6.18.2011

Istilah CCTV (Bagian 6)

Pengaruh F Stop terhadap Depth of Field 

Penulis bukan seorang fotografer, baik amatir apalagi profesional, sehingga sulit menjelaskan fenomena ini dari sisi teknik fotografi. Namun, apa yang penulis coba beberapa tahun lalu terhadap dua jenis lensa dengan F Stop berbeda memperlihatkan secara jelas betapa berpengaruhnya nilai F Stop  ini terhadap hasil gambar. Perhatikanlah dua screenshot di bawah ini.

Lensa Varifocal 3.5mm - 8mm 1/3" F1.0            



Pada F = 1.0 camera terlihat silau (istilah lainnya: whiting out), sehingga terlihat ada bagian tertentu yang fokus dan yang tidak. Dalam gambar di atas, bagian yang tampak fokus hanya filing cabinet di bagian depan, sedangkan sisanya kabur (out of focus). Perbandingan antara area yang fokus dengan area yang kabur tadi disebut dengan istilah Depth of Field (Ind.kedalaman medan). Perhatikan pula kepala, wajah, jam dinding dan anak tangga di area belakang. Semuanya seolah "tenggelam" oleh pantulan dinding berwarna putih, bukan?!


Lensa Varifocal 3.5mm - 8mm 1/3" F1.4
Namun, saat lensa diganti dengan F=1.4, pengaruh silau tadi semakin berkurang dan depth of field-pun menjadi lebih baik. Perhatikanlah kepala, wajah, jam dinding, anak tangga di latar belakang kini terlihat menjadi lebih jelas, bukan? Bahkan, ternyata di dinding ada whiteboard yang sebelumnya "tenggelam", tetapi kali ini tampak.

Depth of Field menyatakan perbandingan antara area yang fokus dengan yang kaburDepth of field yang besar akan memiliki area fokus yang luas pula, mulai dari objek yang dekat sampai dengan tak-terhingga. Sedangkan depth of field yang kecil hanya memiliki sebagian area saja yang fokus.  Depth of field dipengaruhi oleh beberapa faktor.  Lensa sudut lebar umumnya memiliki depth of field (area fokus) yang lebih lebar ketimbang lensa zoom.  F stop yang tinggi memiliki area fokus yang besar juga. Pada lensa auto iris penyesuaian aperture (F Stop) ini akan selalu diikuti dengan variasi depth of field secara konstan. Depth of field cenderung akan mengecil pada malam hari,  karena pada saat itu lensa auto-iris akan terbuka penuh. Akibatnya objek yang tadinya tampak fokus di siang hari, pada malam hari bisa menjadi tidak fokus lagi.




Kesimpulan yang bisa diambil oleh penulis secara awam terhadap masalah ini adalah:

1.   F Stop (atau biasa disingkat F saja) merupakan parameter lensa yang berhubungan dengan kemampuan lensa tersebut dalam menahan cahaya.

2.   Nilai F yang kecil akan meloloskan lebih banyak cahaya daripada F yang besar.

3.  F yang besar lebih dibutuhkan pada siang hari (seperti pada percobaan). Sedangkan untuk malam hari –jika tidak terlalu kritis-  objek yang gelap bisa dibantu dengan penerangan tambahan.

4.  Kualitas lensa tidak hanya dilihat dari parameter F Stop saja. Jadi lensa dengan F besar tidak dikatakan lebih baik kualitasnya daripada F yang kecil.

5.  Kualitas hasil akhir gambar ditentukan juga oleh: resolusi camera, kualitas ccd, format camera, kualitas DVR dan adalah TV monitornya sendiri. Jadi dalam menentukan kualitas gambar, parameter F Stop tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya pegangan. 

6.  Untuk aplikasi outdoor ada yang menyarankan agar menggunakan lensa dengan F Stop yang  variabel, yaitu Auto Iris. Pertanyaannya adalah : Benarkah demikian?

Tidak ada komentar: